Tuesday, September 18, 2007

Hari yang indah terlupakan sesuatu

Pagi ini semuanya terlihat begitu menyenangkan. Diawali dengan shubuh yg lumayan tenang dimana sepanjang jalan menuju masjid suara-suara agung saling bersahutan dari satu masjid dengan masjid lainnya yang tampak seperti koor nyanyian yang begitu indah dan sayang untuk dilewatkan. Blok rumah saya memang tidak terlalu jauh dengan masjid komplek sehingga langkah kaki baru akan digerakkan sesaat setelah tabuh beduk terdengar.

Sesampai di Masjid, saya di sambut oleh beberapa orang yg berpapasan hendak masuk ke dalamnya. Saya sama sekali tak mengetahui siapapun mereka yg mengenggam erat tangan saya? Namun saya mengenal persis mereka satu persatu dan lokasi dimana mereka tinggal.Kadang-kadang malu juga kenapa sampai sekarang saya belum tahu nama mereka satu persatu padahal tinggal dalam satu komplek...maafkan saya ya?

Sholat shubuh pagi ini memang indah, terutama setelah dua hari kemarin saya lewatkan waktunya di Pangkal Pinang (Sebuah kota kecil di Pulau Bangka Belitung) Saya kangen dengan suara merdu Pak Haji yang begitu fasih mengucapkan kalimah dari ayat-ayat Al-quran walaupun saya tak mengerti betul apa makna yg terkandung di dalam bacaan suci tersebut? Dan memang indah rasanya ketika tahu apa yg kita inginkan terwujud; suara merdu itu kembali terdengar di telinga saya dengan jelas dan bening.

Lepas shubuh, saya tak bermaksud untuk mendengarkan tausyiah yg hanya digelar saat ramadhan. Padahal saya tahu manfaatnya akan sangat besar sekali berada di taman surga tersebut dengan pahala yg berlipat walaupun hanya duduk dan diam saja di masjid. Tapi ada urusan lain yg ingin saya tunaikan setelahnya. Maka usai doa, saya bergegas keluar dan kembali bertemu dengan beberapa orang yg berjumpa sebelumnya. Saya yg kemudian berniat mengulurkan tangan duluan sebagai tanda bahwa saya juga senang bersahabat dengan mereka dan bangga memiliki mereka sebagai saudara. Yang membuat indah kemudian adalah senyum yang keluar dari mulut mereka tanpa bicara sepatah katapun sudah mewakili rasa persaudaraan ini. Izinkan kami semua untuk menjadi hamba-Mu yang Taat Ya Allah dan satuhan hati-hati kami untuk bermahabah kepadamu dalam ikatan yang suci, begitu kira-kira doa orang-orang yang shaleh yg pernah saya dengar sebelumnya.

Saya berniat sepulang dari masjid adalah....oo..tidak mungkin saya sampaikan. Maafkan saya tak bisa menceritakannya sekarang. Tapi ini sebuah niat yg sedari awal sudah saya tancapkan untuk bertemu dengan seseorang sebelum bulan puasa kamis minggu lalu. Sayang belum sempat terlaksana, nggak apa-apa terlambat mumpung bulan baik. Saya ingin sekali bertemu seseorang yg selama ini saya abaikan dan pernah saya sakiti hatinya. Eits jangan berfikir macam-macam, seseorang itu sangat berarti bagi saya dan masa lalu saya yg membuat jarak diantara kami semakin lebar. Dan dia ada disana diserambi rumahnya seperti pagi-pagi yang lalu sesaat saya menjumpainya sebelumnya.

Ada kegelisahan saat mata ini melihatnya untuk bertemu setelah sekian tahun tak saling bertegur sapa walaupun beberapa kali bertemu dalam banyak kesempatan. Saya tahu pagi ini dia akan mulai membersihkan halaman rumahnya dari sampah dedaunan yg memang rutin dilakukan setiap pagi dan sore. Saya bingung untuk menyapanya, sampai akhirnya saya memberanikan untuk menyapanya melalui senyuman. Entah darimana idenya tiba-tiba tangan ini memberanikan diri untuk membuka pagar sesaat setelah dia membalas dengan senyuman juga. "Apa kabar?" begitu kira-kira kalimat pembuka darinya yg seperti ungkapan yg sudah lama ingin ia tanyakan."Alhamdulillah baek, wah masih seperti yang dulu nggak berubah sama sekali setiap pagi?"
"Iya nih, kamu justru yang berubah"
"Masa sih, apa yg berubah?"
"Banyak lah yang berubah, tapi aku seneng kok kamu masih inget aku?"
"Hmm...ya...pastilah!"
"Tumben pagi-pagi kesini dari masjid biasanya masih stay dulu?"
"Nggak sengaja aja pengen jalan-jalan dulu sebelum ke kantor?" Jawaban yg terkesan mengada-ada ya?
"O..gitu..?"
"Eits..kok aku jarang banget liat kamu di Masjid?"
"Ada kok?"
"Apa aku yg sombong ya?"
"Hmm kayaknya memamg seperti itu?"
"Halah...sama-sama sombong kale?"
"He..he...iya ya?"
Dan seterusnya begitu obrolan basa-basi kami pun terus berlanjut hingga pukul setengah tujuh dimana waktu berlalu cukup cepat dan nggak terasa saya harus berpamitan untuk segera bersiap-siap berangkat ke kantor.

Memang indah hari ini...tapi ada satu hal yg membuat indahnya hari ini jadi minus. Saya lupa niat awal saya untuk meminta maaf sama sekali belum terucap kepada sahabat saya tersebut. Arrgggh selalu begitu..saya kadang-kadang melupakan sesuatu yang simple namun sangat penting, kenapa selalu lupa? padahal saya tahu kata "Maaf" itu begitu berarti sama halnya dengan ucapan terima kasih. Malam ini saya berniat akan menjemput sahabat saya itu untuk meminta maaf dan sama-sama membentuk barisan dalam shaf terawih bareng. Agar ia tahu betapa saya mengharapkannya kembali untuk menjadi bagian kisah klasik buat masa depan yang indah. Maafkan saya ya sobat? hari ini memang indah dan menyenangkan